Kenyataan bahwa Negeri Belanda juga negara multietnis, biasanya di sebut
oleh mereka "etnisminderheden" atau allechtone alias orang asing yang
berasal dari berbagai bangsa di dunia, diantara etnis2 tersebut salah
satunya adalah etnis dari Indonesia.... secara garis besarnya ada empat
komunitas etnis asal Indonesia di negeri kincir angin ini. kita telusuri
satu persatu y....???
Perbedaan kedalam dapat kita ketahui, kalau mencoba berbincang dengan,
diantara mereka. Misalnya ditanya dalam bahasa Indonesia. Dari
Indonesia? Tidak ada jawaban. Jangan heran, tetapi pertanyaan kemudian
dirubah dalam bahasa Belanda.
“Waar komt U vandaan?” atau dari mana asal anda? Baru dapat jawaban dalam bahasa Belanda, dan kadang terdengar pula komentar dilontarkan mereka, menceritakan siapa dia, dari kelompok mana asal mereka. Misalnya komentar mereka, kami orang Maluku, orang tua kami dari Ambon dan komentar selanjutnya. Kalau mereka keturunan dari bekas tentara KNIL. Kami orang Indo, kami turunan Belanda, nenek perempuan dari (.....) mereka kadang menyebut kota asal neneknya, tetapi lebih banyak tidak tahu lagi dari mana asal nenek perempuannya.
Kami orang Jawa, datang dari Suriname dan selanjutnya. Nenek-moyang kami dibawa ke Suriname oleh Belanda. Kami masih punya famili di Jawa, tetapi tidak tahu persisnya, dimana. Tetapi, bila bertemu dengan kelompok ke empat, orang indonesia merdeka, terjadilah percakapan, selagi ada kesempatan untuk berbincang-bincang.
uniknya Penampilan mereka sama dengan orang di Indonesia satu dengan lainnya, tetapi mereka menganggap diri satu dengan lainnya berbeda.... Peace... hehehe...
“Waar komt U vandaan?” atau dari mana asal anda? Baru dapat jawaban dalam bahasa Belanda, dan kadang terdengar pula komentar dilontarkan mereka, menceritakan siapa dia, dari kelompok mana asal mereka. Misalnya komentar mereka, kami orang Maluku, orang tua kami dari Ambon dan komentar selanjutnya. Kalau mereka keturunan dari bekas tentara KNIL. Kami orang Indo, kami turunan Belanda, nenek perempuan dari (.....) mereka kadang menyebut kota asal neneknya, tetapi lebih banyak tidak tahu lagi dari mana asal nenek perempuannya.
Kami orang Jawa, datang dari Suriname dan selanjutnya. Nenek-moyang kami dibawa ke Suriname oleh Belanda. Kami masih punya famili di Jawa, tetapi tidak tahu persisnya, dimana. Tetapi, bila bertemu dengan kelompok ke empat, orang indonesia merdeka, terjadilah percakapan, selagi ada kesempatan untuk berbincang-bincang.
uniknya Penampilan mereka sama dengan orang di Indonesia satu dengan lainnya, tetapi mereka menganggap diri satu dengan lainnya berbeda.... Peace... hehehe...
Di
Negeri Belanda hidup puluhan etnis, yang orang Belanda sebut
‘etnisminderheden’ atau allechtone alias orang asing yang berasal dari
berbagai bangsa didunia, empat diantaranya komunitas keturunan bangsa
Indonesia.
Penampilannya
sama dengan orang di Indonesia satu dengan lainnya, tetapi mereka
menganggap diri satu dengan lainnya berbeda. Dari empat komunitas,
masing-masing, komunitas Indo, dalam bahasa Belanda disebut Indisch
(turunan Indonesia-Belanda) adalah hasil perkawinan campuran, komunitas
Ambon, komunitas Jawa Suriname dan komunitas orang-orang Indonesia
merdeka (maksudnya orang Indonesia yang berada di Belanda dengan kemauan
dan usaha sendiri).
Dalam
hidup sehari-hari, mereka hidup berdampingan bagaikan oli bercampur
air. Setiap komunitas mengakui kelompoknya tersendiri dari yang
lainnya.
Komunitas
Indo atau blasteren ini merupakan kelompok tertua sejarah kehadiran
mereka di Negeri Belanda, sudah beberapa generasi hadir dinegeri kincir
angin. Melalui orang tua dan leluhurnya, mereka pindah ke Negeri
Belanda. Indo atau blasteren ini dikenal sejak terjadinya kawin-mawin
antara sang tuan dan pengasuh rumah tangga mereka sejak masa kolonial,
di Nederlands Indië pada jaman tempo doeloe.
Tetapi
komunitas ini mencapai puncaknya berpindah ke Belanda pada zaman
pergantian kekuasaan di Indonesia, dari orde-lama ke orde-baru, pada
akhir tahun 1965 – 1966, kemudian mereka berdiam negeri Belanda. Mereka
ini menganggap diri selaku orang Belanda, walaupun orang Belanda sendiri
menganggap mereka orang asing, demikian juga halnya orang di Indonesia
beranggapan sama kepada mereka. Hingga terjadi istilah bangsa kehilangan
tanah air dan orang-orang yang asing dinegri leluhurnya.
Komunitas
Ambon merupakan Kelompok yang datang ke negeri Belanda melalui
kebijaksanaan Pemerintah Belanda pada awal tahun limapuluhan. Pemerintah
Belanda merasa bertanggung jawab atas keselamatan bekas serdadunya,
yang bergabung dalam KNIL.
Bekas
tentara KNIL ini diangkut oleh pemerintah Belanda dari Indonesia
setelah Tentara Republik mengoperalih kekuasaan dibawah presiden
Sukarno. Bekas tentara KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Leger) ini,
diangkut dengan kapal laut dari Indonesia ke Nederland pada tahun 1951.
Jumlah dari kelompok Ambon asal KNIL ini membentuk kelompok yang
terbesar dari empat kelompok dimaksud.
Dari
hasil kawin-mawin mereka dengan berbagai ras di Nederland, sampai ke
generasi ke tiga sekarang mungkin jumlahnya sudah ratusan ribu jiwa.
Mereka ini tersebar ke berbagai penjuru Nederland mulai dari Selatan
Provinsi Maastricht sampai ke utara provinsi Groningen dan Frisland.
Komunitas
Jawa Suriname merupakan Kelompok yang dinilai berliku-liku jalan
sejarah yang dilalui. Leluhur mereka berangkat dari pulau Jawa pada
jaman kolonial menuju ke Suriname. Asal mula kelompok ini, adalah tenaga
pekerja dari Jawa pada tahun 1890 dibawa ke Suriname, selaku tenaga
kerja kontrakan yang akan dipekerjakan diperkebunan tebu.
Dan
menurut mereka, leluhurnya dijanji oleh pemerintah kolonial, setelah
selesai kontrak mereka, mereka akan dikembalikan ke pulau jawa selaku
negeri asalnya, tetapi perjalanan masa terus berlalu, janji tetap janji,
apa yang dijanjikan kepada leluhur mereka tidak pernah ditepati,
sehingga menetap di Suriname dan membentuk satu kelompok dari penduduk
negara Suriname.
Mereka sudah
menetap di suriname sampai Suriname merdeka dan membentuk satu
komunitas Jawa-Suriname, kemudian dengan suka rela, selaku bangsa
merdeka datang ke negeri Belanda. Jawa Suriname ini, tetap merasa orang
Jawa, tetapi tidak merasa orang Indonesia.
Komunitas
orang indonesia merdeka yaitu kelompok dimaksudkan penulis adalah
bangsa Indonesia yang setelah Indonesia merdeka, tidak ada hubungan
dengan sejarah masa lalu mereka berada di negeri Belanda. Mereka datang
dengan kemauan dan usaha sendiri, tidak terbawa oleh sejarah kepindahan
mereka. Mereka ini tidak merasa punya kesamaan dengan kelompok lain,
yang telah disebutkan diatas. Kelompok keempat ini, tidak pernah merasa
ada kesamaan sejarah dengan tiga kelompok lainnya. Demikianpun turunan
mereka, tetap mengetahui, mereka berada di Belanda dengan keinginan
orang tuanya datang ke Belanda dengan berbagai alasan.
Adakah perbedaan penampilan dari empat kelompok dimaksud diatas?
Pengalaman
penulis yang sudah lebih sepertiga abad bergaul dari dekat dari empat
kelompok disebutkan ini, tidak ada yang menonjol, umumnya sama raut dan
penampilan wajah bangsa Indonesia yang ada ditanah air, berkulit sawo
matang pada dasarnya.
Tetapi
perjalanan masa berada di negeri bermusim empat dan bersuhu sejuk,
hanya tiga atau empat bulan terkena mata hari panas setahun, kulit
mereka sudah agak mengalami perubahan, sedikit, agak putih telur.
Kecuali yang berdarah campuran memang lebih keputih-putihan dari yang
lainnya.
Perbedaan
kedalam dapat kita ketahui, kalau mencoba berbincang dengan, diantara
mereka. Misalnya ditanya dalam bahasa Indonesia. Dari Indonesia? Tidak
ada jawaban. Jangan heran, tetapi pertanyaan kemudian dirubah dalam
bahasa Belanda.
“Waar
komt U vandaan?” atau dari mana asal anda? Baru dapat jawaban dalam
bahasa Belanda, dan kadang terdengar pula komentar dilontarkan mereka,
menceritakan siapa orang dia, dari kelompok mana asal mereka.
Misalnya
komentar mereka, kami orang Maluku, orang tua kami dari Ambon dan
komentar selanjutnya. Kalau mereka keturunan dari bekas tentara
KNIL. Kami orang Indo, kami turunan Belanda, nenek perempuan dari
(.....) mereka kadang menyebut kota asal neneknya, tetapi lebih banyak
tidak tahu lagi dari mana asal nenek perempuannya.
Kami
orang Jawa, datang dari Suriname dan selanjutnya. Nenek-moyang kami
dibawa ke Suriname oleh Belanda. Kami masih punya famili di Jawa, tetapi
tidak tahu persisnya, dimana. Tetapi, bila bertemu dengan kelompok ke
empat, orang indonesia merdeka, terjadilah percakapan, selagi ada
kesempatan untuk berbincang-bincang.
Bagaimana
keadaan hidup sehari-hari dari empat komunitas ini? Dari empat kelompok
ini, tidak ada orang turunan Indonesia yang disebutkan diatas tampil
kemuka selaku pengusaha nasional di Belanda, setahu penulis. Dalam
usaha-usaha kecil setingkat perusahaan pertokoan atau berjual-jualan
klenton, sebagai mana di Indonesia, tidak ada yang dapat diandalkan.
Satu dua orang di kota besar menjadi pemilik restoran, tetapi
tingkatannya begitu-begitu saja. Pada umumnya turunan Indonesia yang ada
di Belanda, hidup selaku pekerja diberbagai perusahaan swasta atau
pemerintah.
Dasar
penghidupan mereka selaku orang digaji, bukan menggaji. Turunan bangsa
indonesia di Belanda, bila dibandingkan dengan bangsa lain, yang dikenal
dengan nama “bangsa emigran” dari Turki, Maroko dan lain bangsa. Bangsa
Indonesia mati suri dan tidak kompak satu dengan lainnya. Dan tidak
mempunyai persatuan yang kokoh, apabila dibanding dengan komunitas lain.
Dapat dikatakan kurang inisiatif, tidak ambisius dan tidak berani
mengambil risiko tampil selaku pengusaha bila dibanding dengan bangsa
lainnya.
Di
bidang politik, baik lokal atau nasional kelompok Maluku, sudah
beberapa orang yang pernah duduk selaku anggota parlemen (Tweede kamar
lid) dan politikus lokal (Gemeeenteraad), tetapi sekalanya tidak berarti
bila dibanding dengan komunitas bangsa Turki, Maroko, Iran dan
lain-lain bangsa.
Salam Kenal untuk KOMUNITAS WNI DI NEGERI KINCIR ANGIN, saya ingin bertanya mengenai komunitas WNI yang ada di Belanda. saat ini ada berapa komunitas WNI yang masih aktif di Belanda? Saya berharap mendapatkan informasi lengkap dari Blog ini. Terima Kasih.
BalasHapusSaudara Mirza, untuk lebih jelasnya silahkan lihat group facebook ini https://www.facebook.com/pages/Komunitas-Indonesia-di-Belanda/150745411654644 , semoga bermanfaat untuk Saudara Mirza, Terima kasih...
BalasHapus