Akankah Israel Gelar Serangan Darat ke Gaza?


JERUSALEM, KOMPAS.com - Israel nampaknya tengah bersiap untuk menggelar serangan darat pertamanya ke wilayah Jalur Gaza sejak perang 22 hari pada 2009 lalu.

Militer Israel saat ini sudah menutup semua jalan utama di sekitar Gaza dan menetapkan semua kawasan itu sebagai kawasan militer tertutup.

Langkah ini menyusul keputusan pemerintah Israel yang menyiagakan 75.000 pasukan cadangannya beberapa jam setelah Hamas mengatakan telah menembakkan roket ke Jerusalem dan satu roket lainnya yang jatuh ke pesisir Tel Aviv.

"Kami tak membatasi diri dalam cara dan waktu (berperang). Kami berharap semua ini cepat berakhir, namun tentu semua tergantung jika semua tujuan telah tercapai," kata Menlu Israel Avignor Lieberman kepada stasiun televisi Israel, Channel One.

Keputusan ini memang tidak berarti serangan darat pasti digelar. Saat ini sudah 16.000 pasukan cadangan yang sudah bertugas aktif, sementara tank dan meriam-meriam sudah disiagakan di berbagai posisi di perbatasan Israel-Gaza.

Namun, pengerahan pasukan dan peralatan tempur Israel ini agaknya tak menggentarkan Hamas dan besumpah untuk meneruskan konfrontasi dengan Israel.

Sebenarnya, kekuatan militer Hamas jauh tertinggal. Dalam perang Gaza terakhir di akhir tahun 2008 lalu, menewaskan 1.400 warga Gaza, sebagian besar adalah warga sipil. Sementara Israel hanya kehilangan 13 orang warganya.

Meski kekuatan militer Israel jauh di atas Hamas, hanya sedikit kalangan yang meyakini serangan darat bisa menggentikan serangan roket ke wilayah Israel dari Jalur Gaza, tanpa kembali menguasai wilayah itu.

Israel nampaknya tidak akan mengambil risiko menguasai kembali Gaza karena akan menimbulkan korban besar dan kecaman luar biasa dari dunia internasional.

Hamas menguasai Jalur Gaza sejak 2007. Israel menarik keluar warganya dari Gaza pada 2005 namun menerapkan blokade ketat terhadap wilayah Palestina yang kecil dan padat penduduk itu.

Sementara itu, wilayah Palestina lainnya, Tepi Barat, tidak diusik Israel. Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang mengendalikan wilayah ini mengakui keberadaan Israel, namun pembicaraan damai antara kedua pihak macet sejak 2010 lalu.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar